20 Juni 2009

SMK-M terima lulusan paket B

SMK-M Terima Lulusan Paket B

SAMPIT – SMK Muhammadiyah Sampit akan menerima siswa lulusan paket B disamping siswa lulusan sekolah reguler. Hal itu ditegaskan Kepala SMK Muhammadiyah Sampit M Guntur.
“Selama persyaratannya memenuhi, para lulusan paket B bisa mendaftarkan ke sini. Kalau kita menolak itu berarti kita telah menghambat keinginan anak untuk bersekolah,” tegasnya kemarin (18/6).
Guntur menambahkan, meskipun jadwal pendaftaran dibuka pada tanggal 22 Juni, namun sudah ada yang telah mendaftarkan diri padahal hasil pengumuman akan dilaksanakan 20 Juni ini. “Sudah ada yang mendaftar, dan peserta terbatas,” terangnya.
Untuk PSB tahun ini SMK Muhammadiyah membuka 3 kelas dengan program keahlian 2 ruang sekretaris dan 1 ruang Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Dia melanjutkan, apabila kuota yang disiapkan ternyata membludak maka akan diadakan seleksi. “Seleksi administrasi, pembobotan nilai Unas, tes kesehatan, tes tertulis, tes wawancara (bakat-minat) dan tes khusus sesuai dengan program keahlian,” sebut Guntur.
Dia berharap, bagi masyarakat yang menginginkan anaknya dititipkan di SMK Muhammadiyah Sampit segera saja mendaftarkan diri, selain peserta terbatas juga telah ada yang mendaftar saat ini. “Tiap ruang hanya menerima 32 hingga 36 siswa,” pungkasnya.Ditempat terpisah, para dewan guru dan Kepala SMK Muhammadiyah Sampit mengadakan acara syukuran untuk mensyukuri segala perjuangan selama mendidik anak hingga meraih nilai dan angka kelulusan yang cukup membanggakan. “Acara syukuran tersebut sebagai wujud rasa syukur guru berjumlah 18 orang yang telah membina dan membimbing siswa hingga mencapai kelulusan dengan mendapatkan nilai yang baik,” ungkap Guntur. (fin)

SDN 4 MB Hilir demontrasi

Tampilkan Ragam Karya dan Seni

SAMPIT – Perpisahan dan pelepasan murid kelas 6 SDN 4 Mentawa Baru Hilir di halaman sekolah kemarin penuh makna. Mereka menampilkan ragam seni dan berbagai hasil karya murid sendiri. Di antaranya, karya pembuatan telur asin, kerajinan dari janur, miniatur sekolah, rumah adat, kerajinan rotan, dan kerajinan dari barang bekas.
“Itu semua hasil karya murid yang didampingi para guru,” kata Kepala SDN 4 MB Hilir Siti Rumilah di hadapan para undangan yang hadir saat itu kemarin pagi (18/6).
Menurutnya, melalui kegiatan eksta kurikuler para anak didik diberi bekal untuk mempelajari berbagai kerajinan. “Terutama kerajinan menganyam janur yang sekarang mulai ditinggalkan,” sebut Rumilah.
Dia menambahkan, selain itu, banyak di sekitar barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. “Nah, melalui kegiatan tersebut, para murid dituntut untuk berkreatif meolah barang bekas menjadi barang yang bernilai. Salah satunya itu adalah kerajinan membuat tas dari bahan kerdus,” ungkapnya.
Di samping itu, lanjut Rumilah, semangat dan bakat dari anak didik juga sangat tinggi sehingga perlu disalurkan, alhasil banyak kreatifitas yang telah dihasilkan selama mengecap pendidikan. “Sesuai dengan tema yakni cerdas, terampil, kreatif dan kompetitif untuk meraih prestasi terbaik,” katanya.Rumilah berharap, kepada murid kelas 6 yang sebentar lagi akan meninggalkan bangku sekolah untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi lagi agar apabila sudah berhasil pihak sekolah akan menunggu untuk meimbaskan ilmunya ke adik-adik kelasnya. “Saya harapkan terus lanjutkan kejenjang berikutnya,” pintanya. (fin)

Jambore guru minta dibatalkan

Jambore Guru Minta Dibatalkan
Dinilai Hura-hura, Evaluasi Unas Lebih Penting

SAMPIT- Anjloknya hasil ujian nasional (unas) yang dicapai siswa SMA di Kotim tahun ini mengundang keprihatinan yang luas dari elemen masyarakat. Apalagi di saat dunia pendidikan Kotim berduka itu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga justru mengagendakan kegiatan yang bertolak belakang dengan fakta hasil unas. Yaitu menggelar Jambore Guru di Ujung Pandaran, Minggu (22/6) besok.
Kegiatan yang dijadwalkan berlangsung tiga hari itu kontan mendapatkan penolakan dari para pihak yang peduli dengan pendidikan Kotim. Bila dipandang dari sisi situasi dan keadaan waktu pelaksanaan sangat bertentangan. Apalagi selama ini kesan yang ditimbulkan dengan dunia pendidikan di Kotim selalu seremonial, yang dikemas dalam banyak bentuk Jambore dan kemah.
“Akan bijak bila kegiatan Jambore Guru ini dibatalkan. Melanjutkan kegiatan dengan kondisi banyak siswa dan orangtua murid berduka sangat tidak tepat. Jambore itu identik dengan kegembiraan dan hura-hura, masa mau pesta pora di pantai sementara yang lainnya berduka,” kata Fahrudin Idris, Ketua Dewan Pakar PPP Kotim, kemarin.
Melakukan eveluasi unas, imbuh Fahrudin, jauh lebih bernilai hasilnya ketimbang melakukan Jambore. Menurutnya, sesuatu yang sudah direncanakan tidak salahnya untuk dibatalkan asalkan penjelasan tepat. Apalagi pembatalan tersebut justru lebih efisien bila terus dilanjutkan.
“Sikap mau menumbuhkan keprihatinan dalam memahami kondisi masyarakat, tidak bisa hanya mengharap selalu dari masyarakat, para pejabat pun dalam membuat program dan kebijakan mestinya memberikan contoh ke arah itu,” katanya.
Bila kegiatan Jambore Guru dilanjutkan, dia menuding para pejabat terkait di Kotim tidak memiliki rasa tanggung jawab moral. “Andaikan kita berada dalam posisi mereka yang tidak beruntung dengan hasil unas tersebut, bagaimana kecewanya. Jumlah orang yang menangis dan stres dengan hasil unas ini tidaklah sedikit. Cepat melakukan evaluasi jauh lebih penting. Pertanyaan sekarang justru muncul kenapa tahun sebelumnya bisa 100 persen, apakah memang mutu pendidikan kita rendah, semua harus ada jawabannya,” timpalnya.
Saran agar kegiatan Jambore para guru dihentikan juga disampaikan Suripto. Sekretaris IPMPU Kotim ini mengatakan pembatalan kegiatan Jambore dan mengalihkan dana untuk kegiatan pendidikan yang lebih bermakna dan menyentuh masalahnya.
“Disdikpora tidak pantas untuk merayakan keberhasilan pendidikan dengan para para guru dengan cara Jambore, tunjukkan rasa tanggung jawab dengan cara yang santun dan elegan bukan dengan bentuk kegiatan yang mengudang kecemburuan rakyat. Membangun pendidikan tidak bisa dengan cara jambore dan kemah. Bila ini diikuti jelas itu untuk pemenuhan keinginan sekelompok pihak tertentu yang tidak peduli dengan pendidikan,” ucapnya.
Suripto juga menegaskan, hasil unas yang jeblok merupakan isyarat dan menjadi teguran bahwa pengelolaan pendidikan di Kotim tidak seperti yang digaungan para pejabat. “Selama ini kita terlena dengan kegiatan yang berhura-hura. Para siswa dan guru yang semestinya mendapatkan pembobotan keilmuan, justru disibukkan dengan program yang dibuat pejabat yang ingin terlihat di permukaan besar tapi dalam ternyata kosong dan banyak masalah. Bersyukurlah sekarang ini kita cepat-cepat dapat teguran dan ini harus menjadi bagian untuk penyadaran bersama,” pungkasnya. (vis/har)

Nasib 200 siswa belum jelas

Nasib 200-an Siswa Belum Jelas
Pengumuman SMP dan SD Dijadwal 27 Juni

SAMPIT – Nasib 200-an siswa SMA yang belum mengetahui hasil kelulusan semakin tak jelas. Pasalnya, hingga dua hari sejak hasil ujian nasional (unas) diumumkan tanda-tanda apakah mereka lulus atau tidak belum juga diketahui.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim Yanero mengatakan, persoalan yang menimpa 200-an siswa itu dikarenakan saat dilakukan pen-scaneran lembar jawaban komputer ujian nasional (LJKUN) tidak bisa terbaca.
Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, pihaknya langsung menindaklanjuti dengan mengirimkan surat resmi kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). “Surat tersebut sudah kita layangkan. Tapi sampai sekarang belum ada jawaban,” kata Yanero.
Dalam melayangkan surat tersebut pihaknya didampingi langsung Dinas Pendidikan Provinsi selaku penanggung jawab. “Dinas Provinsi pernah mengatakan bahwa, bagi yang ada keluhan agar menginformasikan langsung untuk ditindaklanjuti,” ujarnya.
Yanero menambahkan, Disdikpora juga tidak bisa berbuat banyak terkait hal itu. Yang bisa dilakukan hanyalah menunggu jawaban resmi dari BSNP. “Keputusaan penilaian ada di tangan mereka (BSNP, Red). Kalaupun jawabanya yang diberikan nanti karena kesalahan teknis, kita berharap ada klarifikasi secepatnya. Setidaknya tidak membuat siswa tambah kebingungan,” tukasnya.
Sementara itu pengumuman tingkat SMP dan SD yang sejatinya dijadwalkan 20 Juli mengalami perubahan menjadi 27 Juni. Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas) Drs Agus Suryo Wahyudi mengatakan perubahan jadwal itu sudah disampaikan Dinas Pendidikan Provinsi secara resmi.
Agus menambahkan, pembagian hasil ujian inipun ada perbedaan antara SMP dan SD. Untuk SMP diambil langsung oleh kepala sekolah masing-masing sedangkan SD diserahkan kepada Kantor Cabang UPTD Kecamatan. “Untuk SMP/MTs/SMPLB total yang mengikuti ujian nasional 4.418 orang dari 69 sekolah, untuk SD/MI/SDLB 6.566 orang dari 320 sekolah se-Kotim,” ungkapnya.
Sedangkan untuk pengambilannya, lanjut Agus, akan diutus salah satu perwakilan dari Dinas Kabupaten ke Dinas Provinsi sebelum hari H. “Kami akan utus seseorang untuk mengambil hasil ujian ke Dinas Provinsi,” ujarnya.
Agus minta maaf, karena pihaknya sebelumnya telah menginformasikan bahwa pembagian hasil ujian akan dilaksanakan paling lambat 23 Juni, namun ternyata akan dibagikan 27 Juni ini. “Dinas Kabupaten hanya menunggu informasi dari Dinas Provinsi. Nah, karena sudah dihubungi Jumat kemarin maka akan dilaksanakan sesuai dengan yang dijadwalkan oleh Dinas Provinsi,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkap Kepala Seksi TK/SD Sugiyanto, mereka tidak bisa berbuat banyak soal jadwal yang molor dikarenakan Dinas Kabupaten harus menunggu instruksi dari Dinas Provinsi. “Kami harapkan kepada masyarakat agar bersabar, dan dipastikan pada tanggal yang telah disebutkan diatas akan diadakan pembagian hasil ujian baik tingkat SMP maupun SD,” pungkasnya. (fin)

Anjlok Unas kendala di Sekolah Negeri

Sekolah Negeri Penyumbang Terbesar
Angka Ketidaklulusan Unas di Kotim

SAMPIT – Boleh jadi Dinas Pendidikan Pemudan dan Olahraga (Disdikpora) Kotim menyebut ketidaklulusan didominasi sekolah swasta. Tapi fakta bicara lain. Dari data yang didapat Radar Sampit, sekolah negeri justru menjadi penyumbang terbesar. (lengkap lihat grafis)
Untuk lima besar SMA di Kotim yang menjadi penyumbang terbesar ketidaklulusan, SMAN 3 Sampit menempati peringat pertama. Dari 240 peserta unas, 129 siswa dinyatak tidak lulus. Mereka yang lulus hanya 111 siswa. Urutan kedua diraih SMAN 2 Sampit. Dari 189 peserta unas, angka kelulusan hanya 84 orang, sedangkan yang tidak lulus sebanyak 105 orang.
Peringkat ketiga diraih SMAN 1 Cempaga. Dari 82 peserta unas, jumlah yang lulus hanya 8 orang. Sisanya, 74 siswa dinyatakan tidak lulus. Mereka yang lulus itupun hanya berasal dari jurusan IPA. Sementara siswa jurus IPS yang berjumlah 49 orang, tingkat kelulusannya nol persen.
Untuk peringkat ke empat ditempati SMAN 1 Kota Besi. Dari 96 peserta unas, sebanyak 55 orang dinyatakan lulus. Sedangkan yang tidak lulus sebanyak 44 orang. Dan peringkat kelima adalah SMAN 1 Mantaya Hilir Utara. Dari 54 peserta unas, angka kelulusannya berjumlah 21 orang, sedangkan yang tidak lulus sebanyak 32 orang.
Bupati Kotim HM Wahyudi K Anwar ketika dikonfirmasi mengatakan dengan hasil ini ia tidak ingin ada pihak menuding Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang bertanggung jawab sendirian dalam hasil unas itu.
Ditambahkannya hasil ini akan menjadi perhatian pihaknya. Dan dalam waktu dekat akan dilaksanakan evaluasi. “Hasil unas yang seperti kita alami juga dialami daerah lain. Hanya saja memang pada tahun lalu hasil unas kita lebih baik, jadi ketika turun terlihat sekali dan ini akan kami evaluasi,” katanya.
Dari laporan yang dia terima persesntase kelulusan yang paling rendah justru terjadi di sekolah yayasan atau swasta, karena itu pihaknya berjanji untuk memberikan perhatian, baik untuk fasilitas sarana dan prasarana pendidikan maupun pemenuhan kebutuhan juru demikian halnya dengan sekolah yang ada di pedalaman.
“Tingkat kelulusan UN untuk sekolah negeri turunnya kecil, justru yang diswasta ini yang tinggi, ini yang menjadi perhatian, kalau di sekolah negeri yang ada di pedalaman seperti SMA Antang Kalang laporannya hasilnya cukup baik,” jelasnya.
Khusus untuk sekolah swasta yang dikelola yayasan pihaknya masih memiliki kendala untuk bisa masuk membenahi seperti di SMA Muhammadiyah 1 Sampit. Wahyudi mengaku kesulitan dengan alasan sistem yang ada didalam lembaga pendidikan itu padahal setiap tahunnya hasil kelulusan tidak memuaskan. “Kami sebenarnya ingin masuk di sana (SMA Muhammadiayah 1, Red) tapi terbentur dengan sistem yang ada, tapi kami akan mencoba sehingga kelulusan dari sekolah tersebut ke depan bisa membaik,” tukasnya.
Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga pengajar yang dinilai masih kurang dibeberapa sekolah swasta dan pedalaman, Wahyudi mengatakan hal tersebut termasuk yang menjadi perhatian pihaknya. Karena itu dalam penjaringan CPNS mendatang pemenuhan tenaga guru di sekolah-sekolah menjadi prioritas utama. “Secara bertahap kekurangan itu akan diisi melalui formasi penerimaan CPNS nanti,”katanya.
Sementara itu Wakil Bupati Kotim HM Amrullah Hadi menambahkan, kelulusan pelajar SMA/SMK yang menurun yang dialami dunia pendidikan di Kotim dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya keberadaan guru, kurikulum dan fasilitas pendidikan itu sendiri.
“Untuk sarana pendidikan fisik saya rasa untuk sekolah di Kotim tidak banyak masalah, karena itu saya menduga ada kendala dalam kurikulum pengajaran dan pengaruh guru itu sendiri, tapi ini nanti yang menjadi bahan evaluasi bersama kedepan, program sertifikasi guru adalah merupakan sala cara yang dilakukan untuk meningkatkan mutu para guru ini, ”tandasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa jumlah PNS di Kotim lebih separohnya adalah PNS berstatus guru. “Saat ini PNS kita sekitar 6 ribu dan sekitar 4 ribu adalah guru,” pungkasnya. (vis)

Kotim Unas Anjlok 2009

Hasil Kelulusan Kotim Anjlok
Angka Kelulusan Hanya 72 Persen

SAMPIT – Ini tamparan bagi dunia pendidikan di Kotim. Disaat anggaran pendidikan yang digelontorkan APBD melebihi amanat UU, justru kualitas pendidikan anjlok. Fakta itu tergambar dari hasil ujian nasional (unas) tingkat SMA, MA dan SMK yang diumumkan, kemarin. Tingkat kelulusan hanya 72 persen.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim H Yanero membenarkan terkait anjloknya hasil unas tahun ini. Namun dikatakannya hasil itu belum final. Sebab masih banyak peserta unas yang belum mengetahui hasil kelulusan.
“Dari hasil pemeriksaan di provinsi banyak LJK yang tidak bisa terbaca. Umumnya adalah LJK untuk SMA jurusan IPS,” kata Yanero kepada wartawan.
Akibat kesalahan teknis tersebut, Yanero langsung mempertanyakan kasus ini ke Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) melalui Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng. “Kita ingin tahu apa alasanya hingga banyak siswa yang belum mendapatkan nilai ujian nasional, padahal yang lain sudah menerimanya,” tukas Yanero.
Jadi, lanjut dia, persentase itu tidak bisa dibulatkan dengan alasan yang di atas. Hasil kelulusan final masih akan menunggu penjelasan dari BSNP mengenai siswa yang hasil LJK-nya tidak bisa terbacar
Dia mengatakan, anjloknya kelulusan tahun ini berada pada sekolah swasta terutama yang ada di daerah. “Saya tidak bisa membeberkan nama sekolah tersebut dengan alasan nama baik sekolah,” imbuhnya.
Dari penelurusuran Radar Sampit tingkat kelulusan di SMAN 1 Sampit mencapai 91,25 persen. Angka itu mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. “Total siswa lulus sebanyak 240 orang sedangkan yang tidak lulus 21 orang,” kata Kepala SMAN 1 Sampi A Syaifudi.
Di SMAN 2 Sampit lain lagi. Mereka yang lulus sebanyak 190 orang sedangkan yang tidak lulus mencapai 80 orang. Di SMKN 2 Sampit tingkat kelulus mencapai 80 persen. Jumlah siswa yang lulus sebanyak 127 orang sedangkan yang tidak lulus 26 orang.
Yang mengalami penurunan paling besar adalah MAN Sampit. Bila tahun lalu tingkat kelulusan mencapai 97 persen lebih, tahun ini anjlok menjadi 31,46 persen. Dari 213 peserta unas yang berhasil lulus 67 orang dan tidak lulus 151 orang.
Anjloknya tingkat kelulusan juga ditandai dengan tingkat kelulusan yang nol persen. Artinya dari seluruh peserta unas tidak ada satupun yang lulus. Mereka yang tingkat kelulusannya nol persen ada tiga sekolah, yakni SMA Marhamah, SMA Nurul Ummah dan SMA PGRI Terantang.
Sementara itu, Kepala Bidang PLS dan PAUD Suryani mengatakan, hingga kemarin ada sekitar 530 calon peserta yang akan mengikuti ujian nasional pendidikan kesetaraan (UNPK) dari 7 kecamatan pada 23 Juni mendatang. “Untuk tempat pelaksanaan masih belum bisa ditentukan, sebelumnya akan kami rapatkan,” ujarnya.
Dia menambahkan, adapun persyaratan untuk mengikuti UNPK ini adalah melampirkan kartu peserta, surat keterangan tidak lulus dan ukuran photo 3x4. “Bagi yang ingin mendaftar bisa langsung datang kepanitia UNPK Kecamatan masing-masing atau langsung datang ke Dinas Kabupaten Kotim,” ungkapnya. (fin/fm)