11 April 2009

Guru Egois

Tingkat Kunjungan Guru Ke Perpustakaan Minim

SAMPIT – Ini peringatan bagi pihak sekolah termasuk guru-guru di dalamnya. Wakil Bupati Kotim HM Amrullah Hadi menyarankan agar para guru lebih sering mengunjungi perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah untuk mencari dan menambah ilmu pengetahuan.
Menurut mantan Kepala Kantor Urusan Agama Kotim ini, kebanyakan guru hanya bisa memerintahkan kepada anak didiknya, sementara guru yang bersangkutan sangat jarang berkunjung karena sudah merasa berpengalaman.
Perpustakaan buku adalah gudangnya ilmu namun amat jarang dikalangan pendidik untuk menggali dan lebih meningkatkan ketajaman profesionalisme sebagai seorang guru. “Sekarang buku banyak betebaran, tapi minat membaca masih kurang,” ujarnya belum lama ini.
Sebagai tenaga pendidik, mestinya banyak perkembangan terutama dalam mengajar dikelas karena dituntut untuk profesional salah satunya banyak membaca buku diruang perpustakaan. “Agar perpustakaan itu terlihat berkembang terutama gurulah yang memberikan contoh kepada siswanya untuk membaca diruang perpustakaan bukannya banyak ngerumpi untuk membuang waktu,” tegasnya.
Dia menambahkan, sekarang ini, di kantor, di rumah tangga maupun sekolah berjalan sama artinya, dimana saja berada manfaatkan waktu luang untuk membaca. “Guru saya nilai banyak yang egois untuk membaca ,” pungkasnya. (fin)

Guru Egois

Tingkat Kunjungan Guru Ke Perpustakaan Minim

SAMPIT – Ini peringatan bagi pihak sekolah termasuk guru-guru di dalamnya. Wakil Bupati Kotim HM Amrullah Hadi menyarankan agar para guru lebih sering mengunjungi perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah untuk mencari dan menambah ilmu pengetahuan.
Menurut mantan Kepala Kantor Urusan Agama Kotim ini, kebanyakan guru hanya bisa memerintahkan kepada anak didiknya, sementara guru yang bersangkutan sangat jarang berkunjung karena sudah merasa berpengalaman.
Perpustakaan buku adalah gudangnya ilmu namun amat jarang dikalangan pendidik untuk mengali dan lebih meningkatkan ketajaman profesionalisme sebagai seorang guru. “Sekarang buku banyak betebaran, tapi minat membaca masih kurang,” ujarnya belum lama ini.
Sebagai tenaga pendidik, mestinya banyak perkembangan terutama dalam mengajar dikelas karena dituntut untuk profesional salah satunya banyak membaca buku diruang perpustakaan. “Agar perpustakaan itu terlihat berkembang terutama gurulah yang memberikan contoh kepada siswanya untuk membaca diruang perpustakaan bukannya banyak ngerumpi untuk membuang waktu,” tegasnya.
Dia menambahkan, sekarang ini, di kantor, di rumah tangga maupun sekolah berjalan sama artinya, dimana saja berada manfaatkan waktu luang untuk membaca. “Guru saya nilai banyak yang egois untuk membaca ,” pungkasnya. (fin)

Dana Bantuan

Disdikpora Perketat Pengawasan Dana BOS

SAMPIT – Pemerintah menganggarkan kenaikan anggaran bantuan operasional sekolah atau BOS bagi siswa SD dan SMP pada 2009. Peningkatan BOS ini untuk mewujudkan wajib belajar 9 tahun gratis dan bermutu sehingga masyarakat tidak lagi dibebani berbagai pungutan yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim Yanero mewanti-wanti dengan kenaikan tersebut pihak sekolah agar tidak melakukan kecurangan dalam melakukan pemanfaatan dana BOS. Untuk itu, Yanero pun berjanji akan memperketat pengawasan mulai tingkat sekolah sampai dinas yang dipimpinnya.
“Sekolah jangan main-main soal penggunaan uang BOS itu. Kalau ada yang ketahuan berbuat curang, saya berjanji akan memberi sanksi tegas. Bahkan, bukan hanya sanksi dari saya, tapi juga dari departemen pendidikan,” tegas Yanero.
Sebagaimana diketahui, tahun ini, BOS untuk jenjang SD di kabupaten sebesar Rp 397 ribu. Sedangkan, di kota sebesar Rp 400 ribu. Untuk jenjang SMP, sekolah di tingkat kabupaten mendapat bantuan Rp 570 ribu. Sedangkan, kota mendapat Rp 575 ribu. Dana sebesar itu sudah mencakup bos buku.
Terkait jumlah penerima dana BOS untuk tahun 2009, Yanero belum mengetahuinya. Tapi menurutnya kemungkinan tidak akan jauh dengan jumlah penerima tahun 2008.
Penerima dana dari program kompensasi pengurangan subsidi (PKPS) BBM untuk tingkat SD tahun 2008 berjumlah 49.024 murid dari 320 SD. Sedangkan untuk SLTP diberikan kepada 67 sekolah yang meliputi 12.131 pelajar.
Lebih lanjut, Yanero menjelaskan, tak ada yang berubah pada proses penyaluran bantuan yang menjadi bagian program kompensasi pengurangan subsidi (PKPS) BBM tersebut. “BOS umum maupun khusus buku, sama-sama langsung ditransfer ke rekening masing-masing sekolah. Saat ini dana itu masih di pusat, tinggal tunggu cairnya. Yang jelas, dalam APBN sudah dianggarkan,” tandas Yanero. (ton)

Guru Utamakan Memiliki Sertifikasi

Guru Bersertifikasi Masih Minim

SAMPIT – Jumlah guru di Kotim yang memiliki sertifikasi masih minim. Setidaknya dari ribuan guru yang mengikuti program sertifikasi sepanjang tahun 2006-2008 yang dinyatakan lulus hanya berjumlah 207.
Kepala Bidang Pengembangan Pelayanan Pendidikan pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim Mujafir mengatakan ada beberapa rangkaian yang harus dijalankan untuk bisa lolos seleksi sertifikasi.
Menurutnya guru yang berhak mendapatkan sertifikasi bukan harus berpendidikan S-1, yang bukan S-1 pun boleh ikut sertifikasi asalkan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
“Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh guru yang bukan S-1 antara lain telah berusia 50 tahun dengan masa kerja minimal 20 tahun. Dan bagi yang lolos sertifikasi akan diberi tunjangan profesi dengan syarat jam kerja minimal 24 jam per minggu sesuai dengan bidanga keahliannya,” ungkap Mujafir.
Menurut dia, proses sertifikasi cukup panjang yang dimulai dari penjaringan oleh Disdikpora Kotim hasilnya diserahkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng untuk dilakukan verifikasi. “Setelah verfikasi, maka diserahkan ke perguruan tinggi yang ditunjuk melakukan tes sertifikasi, untuk Kalteng yakni Universietas Palangka Raya (Unpar),” katanya.
Keterlibatan perguruan tinggi dalam penyeleksian guna menjaga obyektifitas, sehingga guru yang akan mengikuti ujian sertifikasi memang betul-betul karena kemampuannya bukan faktor lain atau unsur subyektifitas.
Mengenai persyaratan ijazah guru yang akan sertifikasi itu, menurut dia, masalah ijazah tidak terlalu dipermasalahkan, semuanya dimungkinkan sepanjang memenuhi syarat. “Yang penting memiliki ijazah Strata satu (S1) pasti bisa ikut sertifikasi,” ujarnya.
Namun selain itu, ada syarat-syarat yang juga harus dipenuhi diantaranya, perhitungan masa kerja dan memenuhi portopolio yang telah ditentukan.
Mujafir mengatakan, dengan adanya sertifikasi tersebut maka gaji dan tunjangan profesional guru akan naik dua kali lipat. “Diperkirakan sekitar Rp5 juta per bulan,” icapnya.
Dia menambahkan, dengan gaji yang cukup besar tersebut diharapkan tidak ada lagi guru malas untuk mengajar atau kerja nyambi. “Kami mengingatkan bahwa guru yang telah menerima gaji sebesar itu akan dipantau atau dimonitoring sebagai laporan,” bebernya.
Sementara Kepala Disdikpora Kotim Drs Yanero menambahkan, sangat dianjurkan kepada guru swasta untuk mengikuti sertifikasi. Dengan begitu, gaji guru swasta akan disetarakan pegawai negeri sipil (PNS).
”Bagi guru swasta yang lulus sertifikasi maka gajinya akan stara dengan PNS,” ujarnya Yanero.
Sekadar diketahui untuk Kabupaten Kotim ada sekitar 207 guru yang lulus sertifikasi dari tahun 2006 hingga 2008. Untuk TK ada dua guru yang lulus dari 352 peserta ujian sertifikasi, SD 50 dari 2450 orang, SMP 80 dari 721 orang, SMA 72 dari 3651 orang dan SMK 3 dari 265 orang. (fin/ton)