06 Oktober 2009

Citabunda Lounching Website

Jepretan Arifin/Radar Sampit

PEDULI SOSIAL: Aksi penggalangan dana untuk korban gempa di Sumbar yang dilakukan murid di Cita Bunda School.

Cita Bunda School Launching Website Sekolah

SAMPIT – Beberapa kali tertunda, akhirnya website resmi Cita Bunda School diresmikan, kemarin (5/10). Situs yang berisikan keunggulan sekolah diharapkan semakin mengenalkan sekolah ini keluar daerah.

Kepala SD Cita Bunda Elementry School Feri Abadi mengatakan pembuatan situs ini juga untuk lebih mengenal teknologi informasi kepada siswa. Kedepannya pihaknya juga akan membangun hotspot di area sekolah. “Harapan kami para siswa bisa memanfaatkan layanan internet gratis ini,” kata Feri Abadi.

Sementara Kepala Kantor UPTD Dikpora Kecamatan Ketapang Jumaidi mengatakan, melalui website sekolah ini secara langsung akan membuka wawasan bagi siswa maupun orang tua siswa. “Kami harapkan jangan disalah gunakan website tersebut,” pintanya dihadapan yang hadir saat itu.

Koordinator kegiatan Reni menambahkan, dengan adanya situs sekolah ini antara siswa maupun guru bisa saling tukar informasi dan tugas siswa bisa dilihat di situs. “Mudah-mudahan diperkenalkannya website sekolah ini bisa meningkatkan prestasi anak,” pungkasnya. Selain peresmian website juga digelar halalbihalal dan penggalangan dana untuk korban Sumatera Barat. (fin)

05 Oktober 2009

Satap antisipasi siswa putus sekolah

SAMPIT – Keberadaan sekolah satu atap (Satap) dinilai mampu menekan jumlah siswa putus sekolah terutama di wilayah pedalaman. Karenanya pembangunan Satap SD-SMP akan menjadi prioritas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora)

Kepala Disdikpora melalui Kepala Seksi Pengembangan Sarana Prasarana Pengelolaan dan Pembiayaan Marjuki mengatakan tahun ini pihaknya membangun 2 Satap baru. Pembangunan gedung sekolah satap tersebut menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kalimantan Tengah dan Dekosenteralisasi.

“Untuk dana APBD Provinsi Kalteng digunakan membangun Satap di daerah Tumbang Bantur sedangkan Dekosentralisasi di Tumbang Koling Kecamatan Mentaya Hulu Kabupaten Kotim,” bebernya.

Yang jadi kendala saat ini adalah, sekolah lanjutan pertama di sekolah tersebut tenaga pendidiknya sangat minim meskipun mengambil kebijakan dengan merekrut guru asal sekolah dasar. “Untuk guru asal SD itu hanya guru wali kelas sedangkan SMP yang dibutuhkan adalah guru mata pelajaran misalnya bahasa inggris,” jelasnya.

Mengatasi hal itu, lanjut Marjuki, perlu bantuan dari pemerintah daerah untuk menugaskan guru mengajar ke daerah tersebut tapi yang diharapkan agar putra daerah dengan alasan lebih optimal daripada guru bukan putra daerah. “Ya sekarang ini, guru untuk ditempatkan di Satap sangat diperlukan sekali,” imbuhnya.

Dia menambahkan, dengan adanya penambahan Satap baru secara otomatis akan mengurangi angka putus sekolah yang dinyatakan telah masuk kriteria seperti terpencil, terpencar dan terisolir. “Nah jumlah Satap sekarang kseluruhan menjadi 17 sekolah dengan perincian 15 sekolah sudah berjalan sedangkan 2 sedang dibangun tahun ini,” ungkapnya.

Dia berharap, sekolah Satap yang akan dibangun tahun ini pada penerimaan siswa baru tahun mendatang bisa dibuka dengan tujuan mengurangi angka putus sekolah atau anak tidak melanjutkan sehingga penuntasan wajib belajar sembilan bisa berjalan. “Saya kira tahun 2012 mendatang program penuntasan wajib belajar sembilan tahun bisa dituntaskan,” pungkasnya. (fin)

04 Oktober 2009

Halal Bihalal di tutup "Perang Uhud"

Jepretan : Arifin Radar Sampit

Halal bihalal Pelajar dan Ormas Islam Kotim

SAMPIT–Pelajar dan mahasiswa serta ormas Islam di kota Sampit punya cara menarik dalam menggelar acara halalbihalal. Kegiatan tersebut berlangsung di halaman masjid Al-Falah, halalbihal juga dimeriahkan teater islami.

Diujung acara halalbihalal, para siswa Madrasyah Aliyah Negeri (MAN) Sampit unjuk kebolehan memperkenalkan drama perang uhud. Drama mengisahkan ketidakpatuhan bawahan terhadap amanah yang diberikan oleh pimpinan sehingga berakibat kehancuran.

Dimainkan sekitar 30 siswa, kecakapan mereka dalam seni teater cukup mengundang kekaguman yang menonton. Adegan demi adegan berhasil dimainkan secara memikat. “Kegiatan menampilkan kreatifitas pelajar harus terus ditumbuhkembangkan, terutama dalam lingkup keagamaan,” kata Kepala Kantor Kesbanglinmaspol Kotim Fauzan Nurdin.

Menurut Fauzan, kegiatan menampilkan kesenian islami seperti puisi, nyanyian nasyid, dan drama perlu diagendakan setiap tahun. “Kegiatan kali ini harus menjadi embrio untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya,” harapnya. Di kesempatan halalbihalal, juga dilakukan penggalangan dana untuk korban gempa Sumatera Barat. (fin)

2010, Resmikan SMKN 1 Telawang Kab Kotim

SAMPIT – Ini kabar gembira bagi guru maupun masyarakat di Kecamatan Telawang. Pada tahun 2010, SMK Afiliyal Telawang yang menginduk ke SMKN 2 Sampit statusnya akan dinegerikan.

Berdasarkan hasil survey dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kotim bahwa sekolah tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditentukan salah satunya mampu mempertahankan jumlah siswa tiap tahunnya.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Calon I Ranggon mengatakan, pada tahun 2010 SMK Afiliyal Telawang statusnya akan diganti menjadi SMKN 1 Telawang. “Semua sudah disurvey dan hasilnya telah memenuhi persyaratan yang dimaksud,” ujarnya diruang kerjanya kemarin (2/10).

Dia menambahkan, selain itu, juga ada laporan baru di Cempaga rencananya akan dibangun SMK Afiliyal menggunakan anggaran masyarakat. “Animo masyarakat didaerah tersebut sangat tinggi untuk mendirikan sekolah kejuruan sedangkan Disdikpora bisa mengizinkan selama itu tidak ada permasalahan di lapangan,” terangnya.

Disamping itu, lanjut Calon, Disdikpora sangat mendukung dalam hal untuk mendirikan SMK tetapi afiliyal (sekolah menginduk) sedangkan SMA saat ini dibatasi mengingat program pemerintah pusat jumlah SMK 60 persen daripada SMA 40 persen sudah terlaksana hingga tahun 2014 mendatang.

“Saya harapkan, dengan bermunculan sekolah kejuruan bisa menekan angka pengangguran tiap tahunnya. Sebab lulusan SMK telah memiliki kompetensi keterampilan dasar kerja baik didunia industri maupun dunia usaha,” pungkasnya. (fin)

SPPN Sampit Gandeng Agro Indomas

SAMPIT – Rangkaian kerjasama antara Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN) Sampit dengan PT Aggo Indomas dilakukan, kemarin (30/9). Kerjasama dalam hal pemenuhan tenaga kerja siap pakai itu dilakukan dalam bentuk penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Dalam penandatanganan itu dilakukan oleh Charles Sitompul dari PT Agro Indomas dan Zeth Sipahelut B.A dari SPPN Sampit.

Charles Sitompul mengatakan dalam MoU ini pihaknya membuka kesempatan kepada siswa SPPN untuk melakukan praktik kerja. Tak hanya berkesempatan menimbah ilmu, para siswa juga berkesempatan untuk direkrut menjadi karyawan.

“Tentunya harus memenuhi kriteria yang ditetapkan perusahaan. Salah satunya mungkin selama magang punya prestasi lebih dan mempunyai semangat kerja yang tinggi,” ujarnya.

Program pemagangan bila mengacu ketentuan perusahaan akan dilaksanakan selama empat bulan. Program tersebut meliputi pembentukan mental, pemberian teori dan teknik.

“Untuk yang masih sekolah waktunya mungkin menyesuaikan dengan program sekolah. Bisa saja di bawah waktu yang kami tetapkan,” sebutnya.

Sementara Kepala SPPN Sampit Zeth Sipahelut B.A mengatakan program pemagangan bagi siswa kelas X-XI akan dimulai pada awal 2010 mendatang. Mengacu kurikulum sekolah program magang akan dilaksanakan selama dua bulan. “Melalui kerjasama diharapkan mampu meningkatkan kualitas keterampilan lulusan melalui program magang/diklat,” kata Zeth.

Untuk diketahui dalam penandatanganan MoU tersebut turut disaksikan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kotim Drs H Yanero dan Kepala Dinas Pertanian dan Perternakan Kotim I Made Dikantara. (fin)

Batasi Pembangunan SMA Baru

Disdikpora Fokus Pengembangan SMK

SAMPIT – Mulai tahun ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim melakukan pembatasan pembangunan SMA baru termasuk juga penambahan ruang kelasnya. Justru yang dilakukan adalah fokus pengembangan pendidikan SMK.

“Saat ini komposisi SMA dan SMK masih 80-20. Kedepannya saya ingin 60 untuk SMK dan 40 untuk SMA,” kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah pada Disdikpora Kotim Calon I Ranggon, kemarin (1/10).

Calon mengatakan pembatasan pembanguan gedung SMA merupakan program pemerintah pusat dan wajib dijalankan seluruh daerah. “Bukan hanya pembatasan jumlah gedung dan kelas baru, jumlah penerimaan siswa juga dikurangi bila biasanya lebih dari 40 kursi sekarang menjadi 38 kursi dalam satu kelas,” terangnya.

Menurutnya, salah satu solusi mengatasi angka pengangguran adalah melalui pengembangan SMK. Secara teori, dengan keterampilan yang dimiliki lulusan SMK jauh lebih siap bekerja secara mandiri dibanding lulusan SMA.

Salah satu caranya dengan mendorong masyarakat agar menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat SMK. Dengan mengubah mindset (cara pandang) masyarakat, kecenderungan untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah umum ke sekolah kejuruan itu diharapkan secara bertahap akan timbul kesadaran masyarakat untuk bisa lebih mandiri dan menciptakan lapangan kerja sendiri.

”Jadi tidak bergantung pada ketersediaan lapangan kerja, namun bisa menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga angka pencari kerja dapat ditekan,” ungkap Calon.

Untuk diketahui jumlah gedung SMK baik negeri maupun swasta mulai sejajarnya dengan jumlah gedung SMA yang ada di Kotim. Rinciannya 13 gedung SMK dan 18 gedung SMA. (fin)

SD-SMP Satu atap dibangun 2009

Tahun Ini Bangun Dua Satap

SAMPIT – Meminimalisir angka putus sekolah yang ada dipedesaan terutama untuk melanjutkan ke jenjang SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali membangun gedung SD-SMP satu atap (Satap).

Tahun ini Disdikpora membangun 2 sekolah satu atap. Pertama di Tumbang Bantur dan Tumbang Koling Kecamatan Mentaya Hulu Kabupaten Kotim.

Kepala Seksi Pengembangan Sarana Prasarana Pengelolaan dan Pembiayaan Marjuki mengatakan dibangunnya Satap baru karena daerah tersebut telah memenuhi kriteria yang ditetapkan yakni terpencil, terpencar dan terisolir. “Atas dasar tiga kriteria itulah diputuskan untuk membangun Satap kembali,” terangnya.

Sedangkan mengenai dana pembangunan, lanjut dia, untuk Tumbang Bantur menggunakan dana APBD Provinsi sedangkan Tumbang Koling dana Dekosentrasi. “Mengenai tenaga pendidik bisa diambil dari guru sekolah dasar atau pemerintah daerah mengirimkan guru mata pelajaran ke sekolah tersebut untuk ditugaskan sebagai guru misalnya guru bahasa Inggris,” jelasnya.

Selain itu, pembangunan gedung sekolah satap ini diserahkan sepenuhnya kepada pelaksana pengembangan SD-SMP satu atap (P2 Satap) yang diketuai oleh kepala sekolah.

Dia menambahkan, untuk duduk sebagai kepala sekolah bukan hal mudah melainkan harus memenuhi ketentuan berlaku misalnya, jenjang pendidikan minimal Sarjana (S1), pangkat paling rendah III/c, dan masa kerja paling lama 5 tahun. “Mudah-mudahan dengan adanya penambahan Satap baru ini bisa mengurangi angka putus sekolah terutama yang ada dipedesaan karena faktor jauh maupun terkendalanya akses transportasi dan lain sebagainya,” pungkasnya. (fin)