20 Juni 2009

Jambore guru minta dibatalkan

Jambore Guru Minta Dibatalkan
Dinilai Hura-hura, Evaluasi Unas Lebih Penting

SAMPIT- Anjloknya hasil ujian nasional (unas) yang dicapai siswa SMA di Kotim tahun ini mengundang keprihatinan yang luas dari elemen masyarakat. Apalagi di saat dunia pendidikan Kotim berduka itu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga justru mengagendakan kegiatan yang bertolak belakang dengan fakta hasil unas. Yaitu menggelar Jambore Guru di Ujung Pandaran, Minggu (22/6) besok.
Kegiatan yang dijadwalkan berlangsung tiga hari itu kontan mendapatkan penolakan dari para pihak yang peduli dengan pendidikan Kotim. Bila dipandang dari sisi situasi dan keadaan waktu pelaksanaan sangat bertentangan. Apalagi selama ini kesan yang ditimbulkan dengan dunia pendidikan di Kotim selalu seremonial, yang dikemas dalam banyak bentuk Jambore dan kemah.
“Akan bijak bila kegiatan Jambore Guru ini dibatalkan. Melanjutkan kegiatan dengan kondisi banyak siswa dan orangtua murid berduka sangat tidak tepat. Jambore itu identik dengan kegembiraan dan hura-hura, masa mau pesta pora di pantai sementara yang lainnya berduka,” kata Fahrudin Idris, Ketua Dewan Pakar PPP Kotim, kemarin.
Melakukan eveluasi unas, imbuh Fahrudin, jauh lebih bernilai hasilnya ketimbang melakukan Jambore. Menurutnya, sesuatu yang sudah direncanakan tidak salahnya untuk dibatalkan asalkan penjelasan tepat. Apalagi pembatalan tersebut justru lebih efisien bila terus dilanjutkan.
“Sikap mau menumbuhkan keprihatinan dalam memahami kondisi masyarakat, tidak bisa hanya mengharap selalu dari masyarakat, para pejabat pun dalam membuat program dan kebijakan mestinya memberikan contoh ke arah itu,” katanya.
Bila kegiatan Jambore Guru dilanjutkan, dia menuding para pejabat terkait di Kotim tidak memiliki rasa tanggung jawab moral. “Andaikan kita berada dalam posisi mereka yang tidak beruntung dengan hasil unas tersebut, bagaimana kecewanya. Jumlah orang yang menangis dan stres dengan hasil unas ini tidaklah sedikit. Cepat melakukan evaluasi jauh lebih penting. Pertanyaan sekarang justru muncul kenapa tahun sebelumnya bisa 100 persen, apakah memang mutu pendidikan kita rendah, semua harus ada jawabannya,” timpalnya.
Saran agar kegiatan Jambore para guru dihentikan juga disampaikan Suripto. Sekretaris IPMPU Kotim ini mengatakan pembatalan kegiatan Jambore dan mengalihkan dana untuk kegiatan pendidikan yang lebih bermakna dan menyentuh masalahnya.
“Disdikpora tidak pantas untuk merayakan keberhasilan pendidikan dengan para para guru dengan cara Jambore, tunjukkan rasa tanggung jawab dengan cara yang santun dan elegan bukan dengan bentuk kegiatan yang mengudang kecemburuan rakyat. Membangun pendidikan tidak bisa dengan cara jambore dan kemah. Bila ini diikuti jelas itu untuk pemenuhan keinginan sekelompok pihak tertentu yang tidak peduli dengan pendidikan,” ucapnya.
Suripto juga menegaskan, hasil unas yang jeblok merupakan isyarat dan menjadi teguran bahwa pengelolaan pendidikan di Kotim tidak seperti yang digaungan para pejabat. “Selama ini kita terlena dengan kegiatan yang berhura-hura. Para siswa dan guru yang semestinya mendapatkan pembobotan keilmuan, justru disibukkan dengan program yang dibuat pejabat yang ingin terlihat di permukaan besar tapi dalam ternyata kosong dan banyak masalah. Bersyukurlah sekarang ini kita cepat-cepat dapat teguran dan ini harus menjadi bagian untuk penyadaran bersama,” pungkasnya. (vis/har)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar