16 Juli 2009

Preman Sekolah

Oknum Guru Ringan Tangan
Main Jewer Kuping Dihadapan Orangtua Murid

SAMPIT – Sikap oknum guru di salah satu SD di kecamatan Baamang sudah kelewatan. Hanya karena si murid melakukan kesalahan sedikit, si guru langsung main jewer kuping tanpa memberikan kesempatan bagi si murid melakukan pembelaan. Akibat tindakan ringan tangan oknum guru tersebut, si murid langsung shock berat. Apalagi itu dilakukan saat apel bendera di hari masuk pertama sekolah, kemarin (13/7).
Ketua Dewan Pendidikan Kotim Supangat sangat menyayangkan sikap ringan tangan guru tersebut. Dirinya berjanji akan melakukan pengecekan ke sekolah bersangkutan.
Supangat mengatakan, tindakan seorang guru itu apalagi dikhalayak ramai walaupun tujuannya untuk mendidik, tidak harus menunjukan sikap yang beringas dengan cara menjewer kuping anak lebih baik ditegur. “Apapun alasannya tindakan itu kurang terpuji,” tandas Supangat.
Menurutnya, tugas guru harusnya membina, membimbing murid di sekolah dan bukan untuk membuat takut murid. “Kalau demikian guru bukan lagi untuk jadi pembina generasi penerus melainkan jadi preman dsekolah,” tegasnya lagi.Dia berharap, untuk itu, agar orang tua dirumah bersama sekolah mendidik putra dan putrinya dengan budaya disiplin serta hormat terhadap guru dan orang tua dan ikut aturan sekolah. “Saya harapkan dilain kesempatan tidak akan terulang lagi,” pinta Supangat. (fin)

Tandik Manuar Kambang SMKN 1 Sampit

Jepretan Arifin Radar Sampit

Kelompok Tari Nilai
Plus SMKN 1 Sampit

SAMPIT–Ada nilai plus lain yang dimiliki siswa-siswi SMKN 1 Sampit. Di bidang kesenian, misalnya, SMKN 1 ternyata memiliki kelompok tari yang kerap diundang diberbagai acara. Kemampuan menari itu mereka perlihatkan saat menyambut kedatangan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Agus Martowardojo di Bandara H. Asan Sampit, kemarin (14/7).
Menyambut rombongan Dirut Bank Mandiri, mereka menyuguhkan tarian Dayak yang diberi nama “Tandik Manuar Kambang” (tari menabur bunga, Red). Tarian ini merupakan penghormatan kepada tamu sebagai perlambang bahwa tamu sangat dihormati.
“Mereka (para penari, Red) adalah siswa dan siswi kelas X dan XI. Mereka sudah terlatih dan sudah sering diundang pada berbagai acara,” kata Sugeng Haryono, pendamping para penari.
Ia menuturkan, pihak Bank Mandiri Sampit memang meminta kelompok tari SMKN 1 Sampit untuk menyambut kedatangan Dirut Bank Mandiri dengan tarias khas Kalimantan. Selama ini, lanjut dia, hubungan SMKN 1 dan Bank Mandiri Sampit telah terjalin dengan baik.
Kekompakan para penari saat menyambut tamu menurutnya berkat latihan keras yang telah dilakukan sebelumnya. “Tarian Tandik Manuar Kambang adalah tarian yang paling pas untuk penyambutan tamu. Jam terbang anak-anak boleh dikatakan cukup, karena mereka memang sering tampil pada berbagai acara,” pungkasnya. (fin)

PSB kesalahan ortu murid

Calon : Itu Kesalahan Orangtua
Soal Penetapan Besaran Uang Masuk Sekolah

SAMPIT – Kisruh mengenai besaran uang masuk sekolah khususnya tingkat SMA/MA/SMK bakalan terus meruncing. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpor) Kotim yang sejatinya sebagai regulator, justru menganggap keresahan orangtua akan besarnya biaya masuk sekolah akibat kesalahan orangtua sendiri.
Kepada Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) pada Disdikpora Timur Calon I Ranggon mengatakan pada saat digelar rapat pembahasan biaya masuk antara sekolah, orangtua siswa, dan komite sekolah, para orangtua yang proaktif sangat sedikit. Mayoritas mereka hanya manggut-manggut dan menyetujui apa yang ditawarkan pihak sekolah.
“Sebenarnya pada saat rapat antara komite sekolah dengan orang tua murid itu duduk satu meja membahas besar dan kecilnya biaya yang dibebankan. Nah, harusnya dari situlah bisa diadakan tawar menawar sehingga ada solusi,” terang Calon.
Selain itu, lanjut Calon, pihak sekolah sudah menyesuaikan dengan Rencana Anggaran Pendapat Belanja Sekolah (RAPBS) serta sesuai dengan otonomi sekolah masing-masing. Apabila dari pihak orang tua murid merasa keberatan bisa dirundingkan kembali.
Calon juga tak habis pikir setelah penetapan dan disetujui, justru ada yang menolak dan keberatan. “Inikan namanya aneh. Sudah diputuskan dan disetujui malahan ada yang ngomong dibelakangan tidak menerima,” tandasnya.
Seharusnya, lanjut dia, saat dirapatkan orangtua bisa mengajukan keberatan, bahkan kalau perlu minta keringanan. Dan apabila bagi mereka yang tidak mampu sekolah pasti nya juga mempunya solusi dan tetap membantu. “Biasanya yang tidak setuju itu hanya sedikit karena kalah suara dengan suara orang banyak akhirnya ikut setuju,” pungkasnya.
Sementara, sumber salah satu orangtua siswa mengatakan pihaknya bukan tidak proaktif. Justru yang terjadi pihak sekolah menetapkan jadwal rapat tidak sesuai dengan kondisi kerjaan orang tua murid.
“Kami ini bekerja pagi hari sedangkan rapatnya diadakan pada saat jam kerja, sehingga banyak yang tidak ikut rapat. Seandainya saja disesuaikan dengan kondisi mungkin banyak yang hadir dan bukan menerima begitu saja,” ujarnya tanpa mau disebutkan namannya. (fin/ton)