20 September 2009

SMP satu atap baru Antang Kalang

SAMPIT–SMP satu atap kembali akan dioperasionalkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim. Kecamatan Antang Kalang menjadi lokasi yang dipilih. Rencananya pengoperasiannya akan dimulai pada 2010 mendatang.

“Rencana awal akan dibuka tahun ajaran tadi, tapi karena ada kendala teknis di lapangan, pengoperasian kita tunda menjadi tahun depan,” kata Kepala Seksi SMP/SMPLB Widarso, kemarin (17/9).

Menurut Widarso dipilihnya wilayah ini, dikarenakan belum memiliki bangunan SMP. Untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pendidikan, maka dibukalah SMP satu atap.

“Masyarakat tidak perlu lagi jauh-jauh untuk melanjutkan ke tingkat SMP. Dengan diopresikannya SMP satu atap semuanya bisa terpenuhi,” cetus Widarso.

Untuk bangunan akan menggunakan bangunan sekolah dasar setempat. Sedangkan tenaga pendidiknya juga dari guru SD tersebut.

Dengan dioperasionalkannya SMP satu atap di Antang Kalang, maka jumlah SMP satu atap di Kotim bertambah menjadi 16 sekolah. Semuanya tersebar di seluruh kecamatan.

Perlu diketahui, kebanyakan siswa yang ada di pedesaan mendaftar ke sekolah favorit yang ada di perkotaan. Namun itu bisa diatasi karena siswa yang tidak diterima di sekolah tersebut akan kembali melanjutkan pendidikan ke daerah asalnya. Sehingga dengan adanya SMP satu atap ini angka putus sekolah bisa diminimalisirkan.

Selain itu, penyelenggaraan program SMP satu atap dilaksanakan untuk membantu siswa SD di daerah pelosok dan terpencil yang mengalami kesulitan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, karena tidak adanya SMP di daerah tersebut. (fin)

Guru terapkan pembelajaran menyenangkan

SAMPIT – Cara pembelajaran indoor (dalam ruangan) dianggap sudah ketinggalan zaman. Karenanya perlu proses pembelajaran baru yang dianggap bisa memacu kreativitas peserta didik. Misalnya memanfaatkan alam terbuka.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Disdikpora Kotim Agus Suryo Wahyudi menilai, sejak dulu hingga sekarang guru selalu

menyampaikan pelajarannya di depan kelas kemudian siswa diminta untuk mendengarkan, membaca kemudian menulis.

“Ini cara dulu, kami harapkan ada metode pembelajaran baru yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan ketika ingin bersekolah,” ujarnya.

Agus menjelaskan, metode pembelajaran yang menyenangkan itu bisa mengajak siswa untuk mengamati sesuatu di luar kelas asalkan sesuai dengan mata pelajarannya masing-masing. Misalnya belajar bahasa Inggris siswa diajarkan secara langsung di lapangan apa yang mereka lihat kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. “Ini salah satu pembelajaran yang menyenangkan akan tetapi tidak tiap hari melainkan menyesuaikan kondisi dilapangan,” jelasnya.

Dia juga meminta, kepada pengawas TK/SD untuk memantau ke daerah tugasnya masing-masing tentang anak usia belajar yang tidak sekolah kemudian di data dan ini akan disekolah dalam rangka menuntaskan wajib belajar sembilan tahun. “Saya harapkan pengawas TK/SD turut membantu mendata masyarakat disekitarnya terutama data anak usia belajar akan tetapi tidak bersekolah,” tukasnya.

Pemkab Kotim berharap pada tahun 2010 mendatang program wajib belajar sembilan tahun akan dituntaska. Akan tetapi penuntasan hingga kini belum tercapai dengan angka yang diharapkan, “Ini perlu kerjasama,” pungkasnya. (fin)