10 April 2009

SMPN 1 Sampit Seleksi R-SBI

SMPN 1 Sampit Gelar Seleksi Rintisan SBI

SAMPIT – Sejak 6 April lalu, SMPN 1 Sampit melaksanakan seleksi rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SBI) tahun ajaran 2009/2010. Seleksi yang dibagi menjadi dua bagian itu diikuti sebanyak 81 peserta.
Seleksi pertama, peserta menjalani tes akademik yang digelar 6-7 April lalu. Sedangkan seleksi kedua, mengikuti tes keterampilan (skill) pada 16-17 April mendatang.
“Bagi peserta yang dinyatakan lulus tes akademik akan kembali mengikuti tes keterampilan berupa bahasa Inggris dan komputer,” ungkap Kepala SMPN 1 Sampit Abung, SPd, kepada Radar Sampit, kemarin (8/4).
Menjadi siswa R-SBI tidaklah mudah, ada beberapa syarat mutlak yang mesti dipenuhi, misalnya calon peserta sudah duduk dikelas 6 SD dan harus memiliki nilai paling rendah 7.0 terutama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Bahasa Indonesia. “Pengrekrutannya melalui sekolah-sekolah dan radio,” bebernya.
Disamping itu, lanjut mantan Kepala SMPN 9 Sampit ini mengatakan, kelas yang dibuka bagi pelajar R-SBI hanya dua kelas. “Perkelas akan diisi 48 pelajar. Jadi seleksinya akan sangat ketat,” cetusnya.
Dia menambahkan, jadwal masuk sekolah antara pelajar R-SBI dan reguler tidak mengalami perbedaan. “Meski seleksi kita lebih dulu, jadwal masuknya akan sama dengan siswa reguler satelah penerimaan siswa baru selesai,” ucapnya.
Ditanya apakah pelajar yang telah dinyatakan lulus seleksi, tapi pada saat ujian akhir sekolah berstandar ansional (UASBN) tidak lulus masih bisa diterima? Abung mengatakan secara otomatis jatah kursi di R-SBI akan hangus.
“Kalau disekolah tidak lulus berarti pelajar tersebut tidak diterima meskipun mengikuti seleksi R-SBI lulus,” pungkasnya. (fin)

2010 SMA Gratis

2010, Pendidikan Menengah Direncanakan Gratis

SAMPIT – Langkah pemkab Kotim menggratiskan pendidikan dasar (SD dan SMP) pada tahun ini akan kembali dilanjutkan untuk pendidikan menengah (SMA sederajat). Direncanakan penggratisan biaya itu akan dilaksanakan 2010 mendatang.
Bupati Kotim HM Wahyudi K. Anwar upaya itu dilakukan untuk mensukseskan program wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan pemerintah pusat. Namun demikian, untuk bisa memujudkan itu harus menyesuaikan dengan anggaran daerah.
“Anggaran pendidikan kita memang sudah melampuai apa yang diamanatkan Undang-Undang. Apakah tahun depan akan diikuti dengan penggratisan untuk pendidikan menengah akan dibahas bersama DPRD terlebih dahulu,” kata Wahyudi saat acara tatap muka dan silaturrahmi dengan guru TK, SD, SMP, SMA dan SMK/sederajat dari 4 Kecamatan yakni Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut di Mesjid Nurul Islam Samuda belum lama ini.
Untuk saat ini, pihaknya hanya menggratiskan biaya pendidikan untuk tingkat dasar. Penggratisan itu tidak dalam artian keseluruah. Ada beberapa hal yang juga harus ditanggung orangtua murid.
“Untuk baju, celana, ikat pinggang dan sepatu serta keperluan pribadi siswa sepenuhnya ditanggung oleh orang tua,” ujar Wahyudi.
Menurutnya, program wajib belajar 12 tahun ini sangat tepat dilaksanakan mengingat kedepannya terutama bagi dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) memerlukan tenaga pekerja memiliki ijazah paling rendah tamatan sekolah menengah. “Dulu tamatan SMP masih bisa diterima di DU/DI sekarang harus tamatan SMA,” ungkapnya
Dia menambahkan, dengan adanya program wajib belajar 12 tahun, maka masyarakat wajib menyekolahkan anaknya hingga tingkat menengah.
“Kami harapkan tidak ada lagi pungutan ke orang tua wali murid karena biaya pendidikan sudah digratiskan diluar dari keperluan siswa,” tegas Wahyudi.
Wahyudi berharap, dengan adanya program wajib belajar 12 tahun gratis ini maka generasi penerus bisa mengecap pendidikan kejenjang lebih tinggi lagi. (fin)

DAK Kotim Rp 9,8 Miliar tahun 2009

Targetkan Perbaikan 114 Ruang Kelas
Kotim Terima Rp9,8 Miliar DAK Pendidikan

SAMPIT – Kondisi ruang kelas di Kotim yang mengalami kerusakan masih cukup tinggi. Hingga saat ini setidaknya ada sekitar 480 ruang kelas yang masih rusak berat dan ringan. Karenanya secara bertahap, perbaikan dilakukan baik melaluli dana APBD dan APBN.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim H Yanero mengatakan tahun ini perbaikan ruang kelas ditarget sebanyak 114 buah. “Jumlah itu berasal dari 38 sekolah yang tersebar di seluruh kecamatan di Kotim,” kata Yanero.
Total perbaikan itu seluruhnya menggunakan dana dari pusat melaluai dana aloksi khusus (DAK) bidang pendidikan. Tahun ini Kotim mendapatkan kucuran dana DAK sebesar Rp9,883 miliar.
Bila dibandingkan tahun lalu, DAK yang diterima Kotim tahun ini cukup besar. Itu juga termasuk jumlah ruang kelas dan sekolah yang akan diperbaiki.
“Tahun lalu hanya diterima Rp7,404 miliar. Jumlah ruang kelas yang diperbaiki sebanyak 90 buah dan sekolah sebanyak 30 buah,” sebut Yanero.
Besarnya anggaran yang didapat Kotim, disisi lain cukup membuat ngeri para kepala sekolah selaku pelaksana kegiatan. Ini lantaran, akibat ketidaktahuan ada beberapa diantaranya yang tersandung hukum.
“Banyak kepala sekolah yang mengeluh kepada saya. Mereka takut diproses secara hukum dalam melaksanakan DAK bidang pendidikan,” cetus Yanero.
Diakui Yanero sejak DAK Bidang Pendidikan digulirkan beberapa tahun lalu, ribuan pesan pendek masyarakat disampaikan kepadanya. Sms-sms itu hampir semua bernada miring. Ia memaklumi kondisi tersebut karena saat ini akses masyarakat sudah terbuka luas sehingga kalau ada hal negatif sekecil apapun maka akan sampai kepada dirinya.
Apa lagi lanjutnya, baru-baru ini seorang pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) DAK Pendidikan-Sudirman-diproses dan didakwa melakukan korupsi kasus serupa. Hal semacam tersebut menjadikan rasa ketakutan berlebihan pada sejumlah kepala sekolah.
Untuk itu Yanero meyakinkan kepada para kepsek agar mereka tidak perlu takut kepada aparat hukum asalkan bekerja sesuai prosedur. “Jangan takut asalkan kerja prosedural. Dalam DAK kepsek bertindak sebagai penanggungjawab, namun seharusnya dia membuat komite pembangunan dan tidak harus dikerjakan sendiri. Karena kepsek juga tidak boleh melalaikan fungsi utamanya sebagai guru,” imbaunya. (ton)