27 Juni 2009

Anjlok Unas guru tidak merata

DP : Jeblok lantaran penyebaran guru tidak merata

SAMPIT – Hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMP di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tahun pelajaran 2008/2009 mengalami penurunan yang cukup dratis dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka persentase kelulusan menurun ini dinilai oleh Dewan Pendidikan (DP) Kabupaten Kotim Soepangat akibat penyebaran guru tidak merata sehingga berdampak pada mutu pendidikan, hal inilah sebagai salah satu faktor penyebab utama jebloknya nilai anak didik tahun ini.
Dia menjelaskan, banyak guru yang tidak sesuai dengan formasi penempatan selain itu, penumpukan guru diperkotaan cukup banyak sedangkan didaerah kekurangan dan bahkan ada satu guru mengajar tidak hanya satu mata pelajaran. “Bagaimana bisa meningkatnya mutu pendidikan sedangkan tenaga pendidik tidak sesuai dengan disiplin ilmunya,” Kata Soepangat kemarin (27/6).
Disamping itu, lanjut dia, guru tidak konsekuen dengan profesi dan tugasnya sebagai tenaga pendidik, dan bahkan ada guru yang hanya mengejar sertifikasi sedangkan tugas utamanya terabaikan. “Saya tidak menyalahkan, tetapi tugas pokok jangan ditinggalkan akibatnya siswa jadi kurang bimbingan dan menerima pelajaran juga tidak sampai dengan standar pelajaran kelulusan,” sindir Soepangat.
Disinggung mengenai molornya jadwal pembagian hasil UN SMP hampir sama dengan UN SMA, Soepangat menilai, antara Dinas Kabupaten dengan Dinas Pendidikan Kalteng kurang koordinasi sehingga terjadi penguluran waktu. “Seharusnya antara Dinas Pendidikan Kalteng dengan Dinas Kabupaten selalu proaktif,” sebutnya.
Sedangkan mengenai anjloknya nilai kelulusan Kotim yakni peringkat kedua dari Kabupaten Katingan yaitu Kotim tidak lulus sebanyak 144 orang dari 4.251 peserta atau 96,61 persen, sedangkan Katingan tidak lulus 165 orang dari 1.851 peserta atau 91,09 persen. “Peringkat ketiga diduduki Kobar yakni 140 orang tidak lulus dari 2.881 peserta atau 95,14 persen,” beber Soepangat.
Selain itu, lanjut dia lagi, jebloknya juga ada pada kesejahteraan guru sehingga wajar saja ada guru yang kerja sambil nyambi. “Bagaimana guru bisa terfokuskan untuk mengajar sementara penghasilan tiap bulan tidak mencukupi untuk memenuhi hidup keluarganya, dan ini juga harus diperhatikan, ya paling tidak anggaran peningkatan mutu juga ditingkatkan,” pinta Soepangat.
Mengenai siswa yang tidak lulus, Soepangat berharap agar kerja paket B dan untuk tahun kedepannya agar lebih baik untuk meningkatkan lagi dari segi manajemen dan pendidikan serta anak didik dan juga orang tua wali murid saling bahu membahu karena pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama.
(fin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar